Sponsor

1 Apr 2012

RAPIKAN YANG BERANTAKAN



Gunnakan waktu berpikir Anda dengan bijak, Apa yang disebut dengan waktu berpikir? Ya, itulah waktu yang Anda miliki ketika Anda tengah berada dalam perjalanan, sebelum tidur, saat Anda bangun, ketika bercukur, di antara beberapa pekerjaan dan sebagainnya.  Secara peribadi saya mendapati waktu berpikir adalah cara yang baik untuk membuat prioritas pada tugas-tugas pada suatu hari.

Bagaimana cara saya melakukannya. Secara mental saya membuat daftar apa yang memenuhi pikirn saya. Kadang saya menuliskannya. Kemudian saya membuat kalkulasi mental untuk dapat melihat dengan lebih jelas apa yang dapat dan tidak bisa saya lakukan.
Saya mempunyai peragkat “lakukan” dan “jangan lakukan”, mungkin seperti orang-orang pengawasan mutu di dalam benak saya yang member tahu saya apa yang akan memberikan saya kebahagiaan dan apa yang membuat saya stress.

Saya dapat memeras waktu berpikir saya selama satu hari, termasuk waktu tidur saya dengan menggunakan alam bawah sadar saya. Saya senang menggunakan akal sehat untuk merencanakan aktivitas saya.

Sebelumnnya saya bisa menggunakan 60 sampai 120 menit untuk berguling-guling ditempat tidur; kini saya jatuh tertidur hanya dalam waktu 6 menit. Sayaa merapikan pikiran saya agar tidak berantakan dan penuh sesak dengan segala sesuatu hal yang saya tidak butuhkan: saya ingin dapat memenuhi kebutuhan hidup saya, bukan ketamakan saya.
Kerap saya menggunakan keranjang sampah di kantor maupun dirumah, dikantor saya kerap menggunakan kernjang sampah yang terbesar didunia dan meletakannya di bawah meja kerja saya dan saya menyimpan kertas yang tidak saya butuhkan disitu.

“Jika Hati Anda Menyimpan Kegetiran , Gula Yang Ada Dimulut
Tidak Akan Membantu Mempermanis Anda”

Pada malam hari, sebelum tidur, kita mengosongkan semua isi saku baju kita dan memasukannya kedalam laci dan menyingkirkan beberapa hal. Dan saya juga melakukan hal yang sama yaitu dengan mengosongkan pikiran saya beberapa kali dalam satu hari dari berbagai hal yang saya tidak perlukana dan dari segala sesuatu yang dikatakan oleh orang lain yang mungkin melukai saya saat itu atau melukai saya kemudian.

“Jangan Menganggap Hidup Ini Terlalu Serius Karena                                                       Jika Demikian Anda Tidak Akan Mampu Keluar Hidup-hidup”.
“Warren Miller”

Sering saya mengingat kembali cerita berikut ini:
Dua rahib tengah berjalan dengan di tengah guyuran hujan, lumpur bertebaran dikaki mereka. Ketika menyeberangi anak sungai, mereka melihat seorang anak gadis berpakaian indah tidak dapat menyeberang karena lumpur, tanpa mengucapkan kata sepatah apapun, rahib yang lebih tua langsung mengangkat gadis dan membopongnya ke sisi anak sungai satunya.

Rahib yang muda tampaknya terganggu selama sisa perjalanan mereka dan tidak dapat menahan diri lagi ketika mereka sampai di tujuan. Ia meledak, “Bagaiman mungkin kamu seorang Rahib, sampai mempertimbangkan untuk memegang seorang wanita dengan tanganmu, apalagi wanita muda dan cantik. Itu berlawanan dengan ajaran yang kita terima. Rasanya sangat tidak pantas.
“Saya menurunkannya disisi jalan” sahut rahib yang lebih tua, “Apakah kamu masih membawa-bawa dia?”

Bukan kah kita juga sama seperti Rahib muda tersebut? Kita sering menyimpan perasaan marah, dendam benci terhadap orang lain sedangkan mereka sendiri tidak memikirkan hal tersebut.

Mengapa tidak mulai melakukan sesi audit dan melemparkan semua emosi-emosi negatif yang masih terus kita pertahankan ke dalam keranjang sampah?

“Semua akan berlalu” entah itu nasip baik maupun buruk. Belajarlah dari anak-anak untuk tersenyum dari mata yang satu dan meneteskan air mata dari mata yang lain. Anak-anak dengan cepat dapat melupakan penghinaan dan rasa sakit yang mereka alami.

Igatlah bahwa berpikir itu sama alaminya dengan bernapas. Anda tidak bernapas jika mencium bau busuk, Jadi jangan berpikir kalau sekeliling Anda busuk. Perlu Anda catat bahwa tidak ada pria atau wanita yang selalu beruntung, kita sama seperti roda yang selalu berputar, sementara berbagai baying-bayang nasib baik dan nasib buruk selalu timbul tenggelam. Jadi, selama saat-saat menguntungkan datang, nikmati jangan mengeluh dan bersyukurlah atas itu semuanya dan begitu juga kalau sebaliknya terjadi, Anda harus selalu siap untuk kedua kemungkinan tersebut.

Lewat berpikir pada diri sendiri dan memperkuat diri, saya telah mengembangkan rasa hormat pada diri sendiri didalam pikiran saya. Saya mulai tidak mengkhawatirkan apa pendapat orang lain, bos saya, saudara saya, teman saya dan siapapun mengenai diri saya. Saya adalah saya apa adanya. Jadi biarkan demikian! Tidak ada orang yang dapat menghina saya tanpa seizing saya.

Rahasiannya adalah mengetahui bahwa pekerjaan Anda lebih dari sekedar cukup, dan terus berjalan, membaca, menulis dan memperbaharui diri serta menerima dengan penuh terima kasih di saat Anda terperosok. Jika Anda mengakui dengan jujur bahwa Anda bertindak di bawah harpan, Anda bukan saja di ampuni tetepi juga memproleh respek secara propesional. Beranilah untuk mencoba. Anda akan terkejut. Anda menyadari bahwa ketakutan Anda hanyalah ketakutan yang tidak beralasan.

“SEMUA MANUSIA ADALAH ARSITEK BAGI NASIBNYA SENDIRI”
“Appius Caecus”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar