Sponsor

24 Nov 2011

MILIKI EMPATI KARENA SETIAP ORANG INGIN MEREKA DIDENGARKAN

“Ketika Anda Tidak Mampu Memahami Atau Mendengarkan Orang Lain, Maka Upaya Terbaik Yang Dapat Anda Lakukan Adalah Dengan Menyatukan Hati Dan Pikiran Anda Dengan Hati Dan Pikiran Orang Lain.” – Djajendra

Perbedaan pengalaman hidup, keyakinan, nilai, logika berpikir, persepsi, kepentingan, tujuan, dan niat yang berbeda telah menyebabkan emosi empati sulit berkembang untuk dapat memahami atau mendengarkan satu sama lain.
Dalam realitas pergaulan sehari-hari, baik di tempat kerja maupun di rumah, setiap individu selalu ingin dirinya didengarkan, dan kebutuhannya dalam interaksi diperhatikan.
Kebutuhan terhadap emosi dan energi empati di dalam pergaulan sehari-hari, untuk membuat diri setiap orang saling terhubung secara positif, merupakan hal yang tidak dapat atau tidak boleh dihindari. Oleh karena itu, diperlukan niat dan tekad untuk membuat diri semakin terkoneksi secara emosional dan saling memahami satu sama lain.
Jangan pernah membiarkan setiap dari kita untuk selalu memiliki perbedaan secara terus-menerus. Sebab, perbedaan secara terus-menerus akan menyebabkan kesalahpahaman dalam setiap sudut pandang kehidupan; akan selalu menyuburkan perasaan berbeda di antara masing-masing hati; selalu akan mengarahkan pikiran dan perasaan untuk menciptakan konflik dalam setiap interaksi; selalu akan menghasilkan nilai moral kehidupan yang bertotal belakang; serta perasaan yang tidak pernah menyatu untuk dapat berempati satu sama lain.
Di tempat kerja, ketika Anda  benar-benar tulus mendengarkan orang lain dengan menggunakan kekuatan empati, untuk memahami apa yang mereka inginkan dan harapkan dari Anda, maka Anda akan dengan sangat mudah dapat membantu mereka menjadi lebih produktif dan lebih berkinerja.
Bila Anda terbiasa menggunakan kekuatan empati untuk memahami mengapa seseorang berperilaku tidak disiplin atau bertindak diluar kewajaran, maka Anda mungkin bisa belajar sesuatu dari perilaku tersebut untuk kemudian memperbaiki perilaku negatif dari orang tersebut.
Empati memungkinkan seseorang menjadi lebih disiplin, lebih mudah menerima tanggung jawab, dan lebih memahami atas konsekuensi perilaku. Sebab, empati membuat orang merasa dihargai, didengar, dan dihormati.
Dari pengalaman saya sebagai konsultan di banyak perusahaan dan organisasi, saya menemukan bahwa empati selalu menjadi missing link dalam komunikasi dan kolaborasi di tempat kerja. Kenapa? Karena semua orang diajari dan dilatih untuk tumbuh melalui kompetisi untuk menjadi yang terbaik, bukan untuk saling membantu dan saling memahami satu sama lain dalam kolaborasi kerja. Padahal, perusahaan dan organisasi itu hanya akan tumbuh menjadi lebih kuat dan berkinerja, saat setiap kekuatan sumber daya manusianya mau saling berkomunikasi, berkolaborasi, bersinergi, dan saling menyatukan sumber daya untuk menghasilkan prestasi dan kinerja terbaik.
Empati adalah sebuah pilihan yang paling unggul untuk membuat bakat dan potensi dari setiap keunggulan sumber daya manusia terhubung secara emosional. Lalu, membuat semua bakat dan potensi itu saling memperkuat melalui kolaborasi yang sempurna untuk dapat menghasilkan karya dan kinerja terbaik.
Di tempat kerja, manajemen seharusnya menjadi sangat cerdas menggunakan kekuatan empati untuk memperbaiki, merawat, dan menjembatani kesenjangan komunikasi, kualitas, dan kerja sama antara karyawan dengan karyawan, antara karyawan dengan pimpinan; agar semua tujuan dan rencana organisasi dapat dikerjakan secara sempurna.
By: Djajendra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar